Seloko adat Jambi adalah ungkapan yang mengandung pesan, atau nasihat yang bernilai etik dan moral, serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya
karena mempunyai sanksi. Ungkapan-ungkapan seloko adat Jambi dapat berupa peribahasa, pantun atau pepatah petitih. Seloko adat Jambi juga merupakan pandangan hidup atau pandangan dunia yang mendasari seluruh kebudayaan Jambi. Seloko adat Jambi juga merupakan sarana masyarakatnya dalam merefleksikan diri akan hakikat kebudayaan, pemahaman mendasar dari pesan dan tujuan dari sebuah kebudayaan (Amali Muadz).
Salah satu contoh seloko adat Jambi adalah mengenai pengambilan keputusan dalam pemerintahan, seloko adat Jambi menyebutkan bahwasanya: “Berjenjang naik betanggo turun, turun dari takak nan di atas, naik dari takak nan di bawah”, seloko adat tersebut mempunyai pengertian bahwasanya dalam mengambil keputusan terdapat tingkatan-tingkatan pengambilan keputusan. Tingkatan pengambilan keputusan ini misalnya tingkat pengambilan keputusan yang tertinggi, yaitu Alam nan Barajo, sampai dengan sebuah pengambilan keputusan pada tingkatan yang paling bawah Anak nan Berbapak, Kemenakan nan Bermamak.
Seloko adat lainnya yang sangat banyak jumlahnya, misalnya seloko adat yang mengatur dalam kehidupan berkelompok (masyarakat), dalam hal pergaulan sehari-hari, dan sebagai bentuk nasihat dalam menjalani kehidupan di dunia. Seloko adat merupakan salah satu bentuk warisan leluhur yang tidak boleh dibuang begitu saja. Harus dilestarikan dan diturunkan kepada anak cucu, agar mereka mengetahui betapa generasi